Berita

Federasi SPMS, Belajar Kegigihan Berjuang Di Film JUST MERCY

Medan, 30 Januari 2025
 
“Buruh harus melaksanakan kegiatan serikat diwaktu libur”. Hal ini disampaikan Almarhum Beno saat Pertemuan Nasional Perhimpunan Rakyat Pekerja, pada tahun 2005. Almarhum adalah tokoh buruh yang turut mendirikan Konfederasi KASBI ditahun itu juga. Dia juga menyatakan alasannya bahwa disaat bekerja, waktu untuk serikat sangat minim bisa digunakan, sehingga libur harus dimanfaatkan.
 
 
Inilah yang mendasari Federasi Serikat Pekerja Multi Sektor (F.SPMS) mengagendakan Nobar (Nonton Bareng) saat Imlek 2025. Nobar tersebut dimulai tepat pukul 15.00 Wib pada tanggal 29 Januari 2025. “Yang lain liburan, kita Nobar dan Rapat”, tutur Erika, S.H sambil tertawa. Dia adalah anak buruh anggota F.SPMS yang bergabung menjadi pengurus F.SPMS.
 
Sebenarnya tidak hanya Nobar, Almarhum juga menyampaikan kegiatan lain seperti rapat, pendidikan, serta mengorganisir. Itu semua menurutnya sangat penting dilakukan dalam perjuangan buruh yang memang cukup berat. Bagaimana tidak, hingga kini saja kesadaran buruh masih sangat jauh dari kenyataan yang dialaminya sehari-hari. “Melihat kondisi sekarang, harusnya semua buruh sudah menjadi anggota serikat. Selanjutnya, terus merancang dan melaksanakan perlawanan demi perlawanan untuk merubah kondisi buruk saat ini”. Meliana, S.H. yang juga anak buruh anggota F.SPMS, menegaskan kepada Jurnalis buruhmerdeka.com.
 
F.SPMS sendiri adalah Federasi Serikat Pekerja anggota dari Konfederasi Sentral Gerakan Buruh Nasional (K.SGBN). Federasi ini berada di Sumatera Utara dan memiliki belasan serikat pekerja yang menjadi anggotanya. Rabu sore itu memang telah jauh-jauh hari dijadwalkan untuk acara Nobar para pengurus F.SPMS. Namun Nobar itu bukan sekedar hiburan bagi pengurus, akan tetapi sebagai pemantik diskusi awal tahun Pengurus F.SPMS.
 
 
Just Mercy” adalah judul flm yang dipilih oleh pengurus untuk ditonton dalam acara Nobar tersebut. Film berjudul Just Mercy adalah Film Box Office yang realise ditahun 2019. Film ini bercerita tentang sebuah kisah nyata yang menunjukkan wajah buruk dari sebuah penegakan hukum. Pemeran utama dari Film itu bernama Michael B Jordan yang sukses membintangi Film Creed I, II, dan III. Di Film tersebut, Ia yang berperan sebagai Bryan pun sukses memerankan tokoh Bryan dengan sangat luar biasa.
 
 
Pada film tersebut, Bryan yang merupakan seorang pengacara sedang menuntut pembatalan sebuah Putusan Pengadilan. Putusan yang dimintakan pembatalannya tersebut adalah putusan atas sebuah kasus pembunuhan.
 
Korban dari kasus tersebut adalah seorang perempuan muda berkulit putih bernama Ronda Morrison. Ia merupakan warga asli dari Kota Alabama yang dinyatakan oleh pengadilan meninggal karena dibunuh oleh Jhony Dee. Jhony Dee sendiri juga merupakan warga Kota Alabama, hanya saja, Jhony Dee merupakan warga keturunan berkulit hitam.
 
Hukuman yang telah dijatuhkan pengadilan kepada Jhony Dee atas kasus pembunuhan tersebut adalah hukuman mati. Ia didalam cerita film tersebut adalah narapidana yang sedang menunggu giliran untuk menjalani hukuman mati nya.
 
 
Bryan menduga ada rekayasa dalam proses persidangan kasus pembunuhan tersebut. Dan oleh karena itu Ia dan rekannya berjuang keras untuk membatalkan putusan tersebut hingga mendapatkan intimidasi.
 
Dari jalan cerita film tersebut, yang paling mengundang emosi penonton memang adalah intimidasi terhadap Bryan dan rekannya. Dan tidak disangka yang melakukan intimidasi tersebut justru adalah Aparat Penegak Hukum (APH) Kota Alabama. Yang luar biasa juga adalah, intimidasi juga dilakukan APH terhadap saksi yang dimiliki oleh Bryan.
 
Sebelumnya saksi tersebut menerangkan bahwa Jhony Dee tidak berada di lokasi kejadian pada saat terjadinya pembunuhan. Ia menerangkan bahwa dirinya melihat Jhony Dee ditempat kerjanya yang jaraknya jauh dari lokasi kejadian. Keterangan ini cukup kuat sebagai bukti bahwa Jhony Dee bukan pelaku pembunuhan terhadap Ronda Morrison. Akan tetapi akibat intimidasi yang dialami saksi tersebut, dirinya memutuskan untuk mundur sebagai saksi. 
 
Mundurnya saksi tersebut akibat intimidasi yang dilakukan APH, malah membuat Bryan semakin yakin Jhony Dee tidak bersalah. Bryan dan Rekan kerjanya pun semakin yakin rekayasa dalam kasus tersebut, benar dilakukan APH.
 
Menyikapi keyakinannya, Bryan dan Rekan kerjanya semakin gigih menganalisa kasus tersebut untuk mencari langkah lain. Dan ditengah upayanya tersebut, Bryan dan Rekan Kerjanya menyaksikan sebuah hukuman mati yang dijalani klien lainnya selain Jhony Dee. Didalam film tersebut, sungguh hal yang menyedihkan baginya ketika menyaksikan pelaksanaan hukuman mati tersebut.
 
Dari analisanya, Bryan dan rekannya memutuskan untuk menganalisa barang bukti perkara Jhony Dee. Untuk melaksanakan hal tersebut, mereka pergi kelembaga penyimpanan barang bukti yang ada di Kota Alabama. Disana dia meminta agar petugas memperlihatkan kepadanya seluruh barang-barang bukti kasus Jhony Dee. Salah satu barang bukti yang dilihatnya adalah kaset.
 
Alangkah terkejutnya Bryan, karena suara orang yang ada dikaset tersebut mengatakan Jhony Dee tidak bersalah. Keterkejutan Bryan pun berlanjut ketika mengetahui rekaman tersebut adalah rekaman suara Ralf Meyer. Ralf Meyer sendiri adalah salah satu saksi dipersidangan Jhony Dee yang mengatakan Jhony Dee adalah pelaku pembunuhan. Bryan juga mendengar Ralf Meyer diiming-imingi keringanan hukuman jika bersedia menjadi saksi perkara Jhony Dee. Tentunya, iming-iming itu mensyaratkan Ralf menjadi saksi dan menyatakan Jhony Dee sebagai pelaku pembunuhan.
 
Selain kaset, Bryan juga melihat dokumen yang berisi keterangan bahwa ada Polisi pada kasus tersebut dipecat. Polisi yang dipecat itu adalah petugas polisi yang pertama sekali tiba dilokasi terjadinya pembunuhan. Bryan kembali terkejut, karena ternyata polisi tersebut tidak ada dalam daftar saksi yang memberi keterangan dipersidangan. Menurut Bryan seharusnya polisi tersebut menjadi saksi untuk menerangkan apa yang dilihatnya. Namun aneh ketika itu ternyata tidak terjadi dalam persidangan. 
 
Dari lokasi penyimpanan barang bukti tersebut, Bryan bergegas ke penjara tempat Ralf Meyer dipenjara. Disana dia meminta Ralf Meyer berkata jujur tentang apa yang diketahui Ralf Meyer. Awalnya Ralf Meyer menolak, namun dipertemuan kedua dengan Bryan, Ralf Meyer berkata jujur. Dia menegaskan tidak pernah ada di lokasi kejadian saat terjadinya pembunuhan, apalagi melihat Jhony Dee dilokasi. Dia pun jujur mengakui bahwa dirinya berbohong saat dipersidangan.
 
Keterangan Ralf Meyer di persidangan mengatakan bahwa dirinya melihat Jhony Dee berdiri disamping mayat korban pembunuhan. Dia juga mengatakan Jhony Dee membalikkan mayat tersebut sehingga posisinya terletang, lalu pergi dari tempat itu. Dan semua itu dinyatakan bohong oleh Ralf Meyer.
 
Setelah bertemu Ralf Meyer, Bryan menemui polisi yang pertama sekali tba dilokasi pembunuhan tersebut dirumahnya. Disana dia mendengar keterangan polisi tersebut bahwa posisi mayat dilokasi kejadian dalam posisi telungkup. Hal ini jelas bertentangan dengan keterangan Ralf Meyer dipersidangan yang mengatakan posisi mayat terlentang. Dipersidangan Meyer mengatakan posisi mayat terlentang karena dibalikkan oleh Jhony Dee. Dengan pertentangan keterangan ini, Bryan yakin, bahwa benar Ralf Meyer telah memberi keterangan palsu di pengadilan.
 
Ada beberapa saksi lain yang mau menjadi saksi untuk membebaskan Jhony Dee. Dan itu semua didapat oleh Bryan lewat kerja kerasnya bersama rekan kerjanya. Yang paling spektakuler adalah keberhasilan Bryan mempengaruhi pengacara APH. Bryan berhasil mengajak pengacara tersebut berkata jujur dipersidangan. Akibatnya, pada sidang yang kembali dibuka pada tingkat akhir, Jhony Dee dinyatakan tidak bersalah.
 
Seluruh keluarga dan rekan Jhony Dee yang hadir dipersidangan sontak hanyut dalam haru biru masing-masing. Perjuangan yang menurut mereka tidak mungkin berhasil, ternyata menemui keberhasilannya dalam proses yang berjalan. Keluarga yang awalnya telah putus asa, akhirnya bersorak gembira menyambut kepulangan Jhony Dee. Tak pelak, air mata tak terbendung mengalir dengan derasnya diruang sidang tersebut.
 
Sungguh cerita Film Just Mercy ini menguatkan pernyataan bahwa usaha tidak akan menghianati hasil. Perjuangan gigih Bryan dan Rekan kerjanya yang luar biasa ternyata berhasil menemui keadilan. Bayang-bayang intimidasi yang ada selama melakukan pembelaan, justru menjadi pemanis keberhasilan yang diraih.
 
Jhony Dee yang tinggal menunggu jadwal untuk duduk di kursi listrik tersebut, seakan berhasil merubah takdirnya. Mati yang sudah didepan mata akan dijalani, ternyata dapat dibatalkan lewat perjuangan Bryan dan Rekan kerjanya.
 
Akan ada celah dari tiap kebuntuan jika kita terus berusaha. Itu adalah sebuah point penting dari film tersebut selain kerja keras, tidak mudah menyerah, dan kerja sama. Film ini juga menyinggung pandangan seorang pengacara senior yang bernama Yap Thiam Hien. Dia mengatakan, “jika Saudara sudah cukup puas dengan mengemukakan kebenaran Saudara, saya mau menjadi pembela Saudara”.
 
Di film tersebut, pada persidangan tingkat pertama hakim sempat menolak permohonan Bryan. Setelah saksi-saksi memberi keterangan yang menguntungkan Jhony Dee, hakim justru memutuskan lain. Hakim menganggap keterangan saksi saksi tidak relevan dan Jhony Dee dinyatakan akan dipercepat hukuman matinya. Dari kejadian tersebut, Jhony Dee berkata kepada Bryan, bahwa dirinya sudah puas. Dirinya sudah puas karena kebenarannya sudah terungkap jelas dalam persidangan. Dia tidak perduli dengan isi putusan selanjutnya, sebab baginya terungkapnya kebenarannya, sudah cukup baginya.
 
Film yang berdurasi 2 jam tersebut benar-benar cukup luar biasa. Film ini sangat perlu ditonton oleh para pejuang buruh yang sedang berjuang membela buruh dengan minimnya bukti dan saksi. Film tersebut akan memberi pesan kepada pejuang buruh bahwa dia hanya akan berhasil jika gigih dalam berjuang. Film tersebut seakan menjanjikan kemenangan bagi setia orang yang berjuang dengan gigih. Pada diskusi pengurus F.SPMS setelah film berakhir, kegigihan pun kembali diingatkan untuk dilakukan, dalam perjuangan pembelaan buruh yang dilakukan F.SPMS. (yig)
 
Beno Widodo
Beno Widodo
What’s your Reaction?
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button