Sapi Impor Australia Terdeteksi ‘Bawa’ Virus
Sapi Impor Australia Terdeteksi ‘Bawa’ Virus
buruhmerdeka.com– Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo angkat suara terkait temuan virus Lumpy Skin Disease (LSD) sapi impor asal Australia. Menurutnya seluruh virus tengah banyak menyebar di banyak negara.
“Seluruh dunia ada LSD sekarang. Bakteri dengan adanya cuaca buruk (akibat), climate change. Jadi semua dapat,” kata Syahrul Yasin di Kompleks Istana Kepresidenan, Rabu (2/8/2023).
Menurutnya Kementerian Pertanian (Kementan) sudah melakukan langkah antisipasi. Dengan menyiapkan gugus tugas dari Pusat Kesehatan Hewan, yang turun ke lapangan untuk melakukan inspeksi Rumah Potong Hewan (RPH) di tiap minggunya.
“Kalau ada yang kena ya kita isolasi,” kata Syahrul Yasin.
Selain itu, dia menegaskan akan melakukan penyetopan impor sapi jika terbukti sumbernya dari negara tersebut. Meski ia tidak mau menyebut secara gamblang negara mana.
“Kalau memang dari sana sumbernya, ya dari mana aja, aku nggak perlu bilang negaranya kan, yang penting kita harus berani setop karena itu nggak bisa dimakan,” katanya.
“Kayak antraks, ini kan susahnya, sudah puluhan tahun, antraks ini nggak bisa hilang. Kalau muncul ditanam, dibakar, nggak boleh ada yang sentuh,” tambahnya.
Menurutnya virus ini beda dengan PMK (Penyakit Mulut dan Kuku) yang dagingnya masih bisa dikonsumsi selama tidak pada bagian yang terserang penyakit.
Meski begitu bermodal pengalaman mengurus wabah PMK beberapa waktu lalu, Syahrul Yasin meyakini virus ini tidak akan berdampak besar pada industri peternakan Indonesia. Ia juga kembali menegaskan jika terbukti sumber sapi impor yang merugikan, tentu bakal di stop.
“Jadi saya kira mudah mudahan LSD nggak apa-apa, karena muncul baru lagi nih kita cek. Tapi siapapun kalau rugikan kita, kita harus stop,” katanya.
Sebelumnya, Badan Karantina Pertanian (Barantan) Kementan mengungkapkan, pembatasan impor sementara diberlakukan atas impor sapi Australia. Pasalnya, ada temuan sapi dari 4 lokasi peternakan di Australia terinfeksi LSD.
Temuan penyakit LSD pada sapi impor itu setelah dilakukan tindakan karantina berupa pemeriksaan dokumen dan fisik sapi impor diatas alat angkut. Pemeriksaan dilakukan di atas kapal oleh petugas Karantina Pertanian Tanjung Priok, di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta pada 25 Mei hingga 26 Juli 2023
Kepala Barantan Bambang mengatakan pihak Australia tengah meminta waktu 60 hari, terhitung sejak 12 Juli 2023 untuk melakukan penyelidikan dan pengujian. Untuk memastikan asal usul terinfeksinya sapi-sapi impor yang akan masuk Indonesia itu.
“Kita tunggu 60 hari, sejak 12 Juli. Jadi deadline-nya 12 September nanti. Jika benar sapi-sapi itu terinfeksi dari asal 4 peternakan itu, kita akan tutup impor dari situ, nggak boleh impor lagi. Kita tidak akan melakukan perubahan protokol karantina, karena ini bukan pelanggaran di protokolnya,” kata Bambang saat jumpa pers di kantornya, Jakarta, Selasa (1/8/2023).
Australia merupakan negara pemasok utama untuk kebutuhan daging dan sapi impor untuk Indonesia. Dari data sistem otomasi Barantan, IQFAST tercatat dari Pelabuhan Laut Belawan, Tanjung Priok, Lampung, Cilacap dan Bandar Udara Soekarno Hatta, jumlah sapi impor asal Australia di tahun 2022 berjumlah 303.867 ekor dan 153.384 ekor untuk periode 1 Januari hingga 31 Juli 2023. rdz/zdr