Melihat Toleransi Dari Perayaan Waisak Di Kabupaten Langkat
“Sudut Anak”
Media Online Portal Berita, buruhmerdeka.com
Sabtu 24 Juni 2023, redaksi buruhmerdeka.com kembali menerima sebuah tulisan pendek dari Adik Kita Vladimira Cahyadi. Tulisan ini bertema Toleransi dengan judul Melihat Toleransi Dari Perayaan Waisak Di Kabupaten Langkat. Akhir akhir ini kita ternyata masih perlu untuk terus menguatkan sifat Toleransi diantara kita. Dengan sedikit melakukan penyempurnaan redaksi kata, kami meletakkan tulisan ini di kolom “Sudut Anak”. Redaksi dengan ini mengucapkan selamat membaca buat adik adik semua, dan semoga tulisan ini semakin menumbuhkan toleransi diantara kita sesama bangsa Indonesia.
Melihat Toleransi Dari Perayaan Waisak Di Kabupaten Langkat
By : Vladimira Cahyadi
Juni 2023 adalah bulan dimana masyarakat yang memeluk agama Buddha, melaksanakan aktivitas perayaan Waisak. Hal ini terjadi hampir diseluruh wilayah Indonesia. Begitupun dengan Kabupaten Langkat, masyarakatnya yang beragama Buddha juga melaksanakan perayaan Waisak.
Hal tersebut diatas juga dirayakan di Desa Gunung Ambat, Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat, 18 Juni 2023. Penulis melihat secara langsung perayaan tersebut, dan mengambil beberapa foto sebagai bahan dokumentasi.
Masyarakat disana terlihat merayakannya dengan penuh suka cita secara beramai ramai, yang diikuti oleh seluruh keluarga dari masyarakat yang beragama Buddha disana yang merupakan anggota Vihara tersebut.
Hal menarik dari perayaan yang dilakukan di daerah yang memiliki mayoritas masyarakat berasal dari suku Karo tersebut adalah, peserta yang merayakan Waisak ternyata adalah masyarakat yang juga berasal dari Suku Karo. Suku Karo ini, adalah salah satu suku di Indonesia, yang berasal dari dataran tinggi Karo yang berada di Kabupaten Karo dan Kabupaten Langkat.
Saat ini mayoritas suku Karo di Indonesia, pada umumnya memeluk agama Kristen dan Islam. Namun, dengan melihat perayaan Waisak di Desa Gunung Ambat, Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat yang penduduknya mayoritas Suku Karo, penulis baru mengetahui bahwa ada agama lain yang dipeluk oleh suku Karo, selain agama Kristen dan Islam.
Perayaan tersebut dihadiri oleh Bapak Dr. Budi Sulistiyo, S.Ag., M.Pd.B., MH, yang merupakan Pembimas Buddha provinsi Sumatera Utara. Selain itu, perayaan tersebut dihadiri juga oleh masyarakat yang berasal dari luar daerah, yang merupakan masyarakat dari suku Tionghoa.
Acara ini digelar di Vihara Arih Ersada, Desa Gunung Ambat, Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat. Vihara tersebut terlihat sederhana dengan bentuk yang menyerupai rumah, namun memiliki kesan tenang, dan penuh hikmat.
Begitulah salah satu bentuk keragaman yang ada di Indonesia, dimana didalam satu suku tertentu, dapat memiliki beberapa agama yang di peluk, dengan tanpa ada permasalahan didalam suku tersebut. Keberagaman ini merupakan kekayaaan, yang menunjukkan toleransi yang sangat tinggi di dalam masyarakat.
Oleh karenanya sangat tidak baik ketika kita masih saja sulit bertoleransi antar umat beragama di Indonesia. Sebab didalam satu suku saja kita bisa melihat ada beberapa jenis agama, yang dapat ditolerir oleh suku itu sendiri. Agama memiliki ajaran yang pastinya menghargai setiap manusia, sehingga intoleran sangat tidak masuk akal jika terjadi antar umat beragama.