“GENG MOTOR ATAU KOMPLOTAN BEGAL YANG MERAMPOK SELAMA INI ?”
“GENG MOTOR ATAU KOMPLOTAN BEGAL YANG MERAMPOK SELAMA INI ?”
Medan, 20 Juni 2023, buruhmerdeka.com
Sudah familiar dimasyarakat saat ini, Kalau sudah ada begal di jalan raya yang menggunakan motor, pasti dianggap pelakunya adalah Geng Motor. Namun apakah benar Geng Motor adalah Komplotan Begal ? “Saya menduga rasa kesal dan takut akan kejadian pembegalan, membuat kita tidak lagi bisa berfikir objektif dalam mengidentifikasi pelaku”. Hal ini disampaikan Nining Suganti, S.H., saat diwawancarai Jurnalis buruhmerdeka.com di sela-sela aktifitasnya disekolah. Nining Suganti, S.H., adalah seorang aktifis anak yang selama ini berkecimpung dalam advokasi terhadap masalah-masalah yang menimpa anak.
Ia terakhir sekali melakukan advokasi terhadap seorang siswi kelas 8 SMP yang diduga melakukan penganiayaan kepada temannya. “Anak anak adalah “sebuah kerahasiaan”, kita tidak bisa prediksi seperti hitungan matematika”, kata Nining. “Pendampingan kita secara terus menerus serta pantauan yang tak terputus, adalah kunci untuk dapat membaca perkembangannya”, tambahnya.
Setiap manusia sejak lahirnya, menerima pendidikan dari orang tua, guru dan lingkungannya. Namun yang sulit diprediksi adalah materi yang diberikan dari lingkungannya. Ditengah kesibukan orang tua dan guru, yang juga dibatasi waktu bersama anak, lingkungan bebas memberikan materi pendidikan kepada anak.
Kita menerima tiga macam pendidikan, satu dari orang tua kita, satu dari guru sekolah kita, dan satu lagi dari dunia nyata. Pendidikan dari yang ketiga ini bertentangan dengan semua yang pernah diajarkan oleh Orang tua dan Sekolah kepada kita. (Charles Louis de Secondat Baron de Montesquieu).
“Akan tetapi ketika pendidikan dari orang tua dan guru dapat maksimal dipahami anak, niscaya tidak akan berhasil pengaruh negatif dari lingkungan kepada anak”. Nining pun memberi pertanyaan, “Apakah pasti pendidikan dari orang tua dan guru mampu demikian ?”
Dari pertanyaan tersebut terlihat jawabannya kembali lagi kepada pendidikan, baik yang diterima orang tua, guru, serta sistem pendidikan yang dijalankan guru. Kondisi ekonomi juga turut memberi pengaruh terhadap kualitas pendidikan dari orang tua dan guru.
Nining merupakan praktisi hukum serta perkembangan anak, dari di LBH & PHAM Indonesia Bonum Communae. Ia mengatakan tidak tepat ketika penegakan hukum jadi satu satunya jalan dalam menghadapi hal negatif yang dilakukan anak. “Tidak bisa itu, justru akan membuat anak semakin brutal nanti kalau hanya itu solusinya.” Dia menambahkan, “sebelum penegakan hukum, terlebih dahulu dievaluasi sistem pendidikan selama ini, lalu kondisi orang tua juga”.
“Kita harus melihat anak sejak lahir ibarat kertas kosong dan bersih.” Ditambahkannya, “Anak selanjutnya akan terbentuk menjadi sesuatu sejalan dengan pendidikan yang diterimanya sehari hari”.
Jika diperhatikan, kondisi orang tua serta guru pun dapat menjadi hal buruk yang membentuk anak menjadi buruk. Kondisi orang tua ini dipengaruhi juga dari pendidikannya, kondisi ekonominya, serta juga lingkungannya. Begitupun guru, juga dipengaruhi oleh pendidikannya, kondisi ekonominya, serta juga lingkungannya.
“Sangat kompleks memang kalau digali sedalam itu, namun itulah kenyataan nya terkait faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak”. Ditambahkannya lagi, “untuk itu jika pemerintah serius, harus dianalisa mendalam tentang hal ini agar ditemukan solusi yang tepat untuk menyelesaikannya.” Lanjutnya, Kalau saat ini belum ditemukan solusi, setidaknya hukum dengan sistem persuasif harus dikedepankan.
Berdasarkan undang undang perlindungan anak, seseorang tidak dikatakan anak lagi ketika usianya sudah 18 tahun. “Mari lihat anggota Geng Motor, rata rata usia sekolah kalau dari pantauan saya, kata Nining”. Artinya masih pada usia anak rata rata para anggota geng motor yang dimaksud Nining.
Tentunya jika ada aktifitas lain selain geng motor yang tidak mengundang bahaya dan peluang negatif, baiknya dilakukan upaya mengesernya. “Untuk itu, peran orang tua dan guru sangat penting dalam melakukan pendidikan untuk merubah aktifitas tersebut”. “Guru tentunya dibelakangnya ada pemerintah, jadi pemerintah pun terkait atas hal ini”, sambung Nining.
Geng Motor = Komplotan Begal/Pembegalan ???
Berdasarkan pantauan Nining terhadap geng motor yang dilihatnya mayoritas usia anak, dia menolak jika dikatakan Geng Motor adalah Komplotan Begal/ Pembegalan. “Saya mau mengajak kita melihat dulu dari segi pengertian, kita harus lihat apakah benar sama atau tidak”.
Dalam hal ini buruhmerdeka.com melihat pengertian Geng Motor dan Komplotan Begal/Pembegalan, dengan pengertian sebagai berikut :
Geng motor adalah bagian dari suatu kultur (subkultur) masyarakat yang terbentuk dari umumnya remaja putra atau pemuda dengan latar belakang sosial, daerah, ataupun sekolah yang sama, yang mengasosiasikan diri dengan bersepeda motor sebagai wujud ekspresi.
Komplotan begal, perlu dilihat pengertiannya berdasarkan arti dari tiap katanya. Komplotan adalah persekutuan secara rahasia yang bermaksud melakukan kejahatan; gerombolan penjahat. Begal/ Pembegalan adalah sebuah aksi merampas di tengah jalan dengan menghentikan pengendaranya.
Dari pengertian diatas, jelas berbeda arti, serta tujuan dari Geng Motor dengan Komplotan Begal. “Oleh karena dari segi pengertian dan tujuan berbeda, maka saya tidak sepakat bahkan menentang jika itu disamakan”, kata Nining. “Hati hati lo, di geng motor banyak anak anak, jangan sampai salah bertindak nanti masyarakat terhadap mereka”.
“Jadi oleh karena didalam geng motor banyak anak, maka saya minta kita semua jangan sembarang pakai kata Geng Motor adalah Komplotan Begal”. “Ingat merekalah yang akan membawa negeri ini kedepan hendak kemana. “Jadi baiknya kita memikirkan perubahan mereka saja, bukan menghukum mereka, itu lebih baik”, kata Nining.
Perampokan Bersepeda Motor Adalah Komplotan Begal/Pembegalan
“Hayo, mari objektif untuk melihat siapa sebenarnya perampok bersepeda motor yang pernah kita ketahui”, tutur Nining. Tambahnya, “Secara objektif dari segi bentuk nya serta istilah yang ada, kita harus sebut Komplotan Begal/ Pembegal mereka itu. Jika dia bersepeda motor lebih dari 1 motor, ya tetap saja, kita harus sebut Komplotan Begal/ Pembegal pelakunya”.
“Saya harap kita semua dapat mulai disiplin dalam menyebut siapa pelaku pembegalan selama ini, kasian anak anak didalam geng motor itu”. Tambahnya, “Mereka masih muda, masa depannya masih memungkinkan menjadi lebih baik”. “Jangan lupa kita punya cerita banyak anak yang nakal di usia anak, namun setelah dewasa justru menjadi orang yang berhasil”, tutup Nining. (Rarae)