BERIKUT TRADISI ADAT BUDAYA MELAYU PADA PERNIKAHAN
BERIKUT TRADISI ADAT BUDAYA MELAYU PADA PERNIKAHAN
buruhmerdeka.com– Nah Geminvers sebelumnya tadi kita ada bahas berbagai macam tradisi budaya melayu salah satunya Tradisi Kelahiran. Kali kita akan bahas tentang Tradisi Nikah- Kawin Adat melayu.
Tradisi Nikah-Kawin Adat Melayu
Nikah-Kawin tentu saja berawal dari sentuhan pandan memandang. Dalam hal ini kemungkinan besar bermula dari sentuhan pandangan antar lelaki (Anak Bujang) dengan perempuan (anak gadis), tapi bisa jadi dari pandangan ibu-bapa atau kerabat yang berminat untuk mencarikan jodoh anaknya. Bila seorang anak bujang memberitahukan anak gadis pujaannya kepada ibu-bapanya maupun kaum kerabat ada seorang gadis yang patut dijadikan jodoh anaknya, maka pihak lelaki mulai melakukan semacam kegiatan bernama merisik.
Merisik
Merisik adalah salah satu keluarga atau seorang di utus oleh pihak pengantin pria meneliti atau mencari informasi menganai salah keluarga keluarga lain yang mempunyai anak gadis. Tugas yang diamatkan adalah untuk mengetahui anak gadis tersebut dapat dilamar, atau belum mempunyai ikatan dengan orang lain. Selain dari pada itu utusan akan melakukan pembicaraan kemungkinan pihak pria melamar. Utusan tersebut tentunya menanyakan berapa mas kawin/mahar dan persyaratan apa saja yang diminta oleh keluarga wanita.
Meminang
Meminang dalam istilah melayu sama dengan melamar. Acara ini diselenggarakan pada hari yang telah disepakati bersama. setelah menentukan hari baik menurut perhitungan adat serta orang tua. Pihak keluarga calon pengantin pria yang dipimpin oleh keluarga terdekat akan melaksana acara lamaran resmi kepada keluarga calon pengantin wanita. Biasanya acara meminang ini diungkapkan dengan berbalas pantun. Secara tradisi pihak keluarga pria membawa sejumlah tepak sirih paling sedikit 5 buah; tepak pembuka kata, tepak merisik, tepak meminang, tepak ikat janji, tepak bertukar tanda dan beberapa tepak pengiring.
Berinai
Berinai biasanya berlangsung pada satu hari atau satu malam sebelum acara akad nikah berlangsung. Melalui serangkaian adat,calon pengantin wanita duduk diatas pelaminan. Rangkaian ber- inai diawali acara tersendiri yakni khatam Al-Qur’an yang dilaksanakan oleh keluarga-keluarga terdekat. Selanjutnya calon pengantin wanita akan melaksanakan acara di TEPUNG TAWARI. Ritual tepak tepung tawar adalah suatu upacara adat budaya melayu peninggalan para raja terdahulu. Pemberian “tepung tawar” kepada calon mempelai biasanya diiringi dengan doa dan harapan dipimpin oleh yang dituakan; dilakukan oleh orangtua, sesepuh dan tokoh-tokoh adat yang dihormati. Selanjutnya, calon pengantin wanita akan diberi daun inai yang telah ditumbuk halus pada kuku- kuku jari tangan dan kakinya. Malam ber-inai lazim dimeriahkan dengan iringan bunyi- bunyian seperti gendang dan nyanyian lagu- lagu Melayu lama, ataupun diadakan tari gambus.
Berandam
Upacara berandam lazim dilakukan setelah malam berinai yaitu keesokan harinya. Tujuannya untuk menghapuskan/membersihkan sang calon pengantin dari “kotoran” dunia sehingga hatinya menjadi putih dan suci. Berandam pada hakikatnya adalah melakukan pencukuran bulu roma pada wajah dan tengkuk calon pengantin wanita sekaligus juga membersihkan mukanya.
Menikah (Akad Nikah )
Pada hari yang telah ditentukan, calon mempelai pria diantar oleh rombongan keluarga menuju ke tempat kediaman calon pengantin wanita. Biasanya calon mempelai pria berpakaian haji (memakai topi haji dan jubah). Kedatangan keluarga mempelai pria
sambil membawa mahar atau mas kawin, tepak sirih adat, barang hantaran atau seserahan yang telah disepakati sebelumnya. Selain itu, juga menyertakan barang-barang pengiring lainnya seperti kue-kue dan buah-buahan. Prosesi berikutnya adalah pelaksanaan akad nikah.
Bersanding
Upacara ini dilaksanakan setelah resmi akad nikah. Prosesi bersanding merupakan acara resmi bagi kedua pengantin akan duduk di atas pelaminan yang sudah dipersiapkan. Terlebih dahulu pengantin wanita didudukan di atas pelaminan, dan menunggu kedatangan pengantin pria. Kehadiran pengantin pria diarak dengan upacara penyambutan dan berbalas pantun. Rangkaian prosesi bersanding yakni acara penyambutan pengantin pria, Hampang Pintu, Hampang Kipas, dan Tepung Tawar. Kehadiran pengantin pria beserta rombongan pengiring dalam jumlah cukup banyak, terdiri dari :
– Barisan Pulut Kuning beserta hulubalang pemegang tombak kuning.
– Wanita (Ibu) pembawa Tepak Sirih.
– Wanita (Ibu) pembawa beras kuning (Penabur).
– Pengantin pria berpakaian lengkap
– Dua orang pendamping mempelai pria, mengenakan pakaian adat Teluk Belanga.
– Pemegang payung kuning.
– Orang tua mempelai pria.
– Saudara-saudara kandung pengantin pria.
– Kerabat atau sanak famili Kedatangan rombongan disambut pencak silat dan Tarian Penyambutan.
Di pintu gerbang kediaman mempelai wanita, dilaksanakan ritual saling tukar Tepak Sirih dari kedua pihak keluarga mempelai, sambil berbalas menaburkan beras kuning.
Selanjutnya, dilakukan acara “Hempang Pintu” (berbalas pantun) oleh kedua juru bicara pengantin. Saat itu, pihak keluarga mempelai perempuan telah menghempang kain sebagai “penghalang” di depan pintu tempat upacara. selendang baru akan dibuka setelah pihak mempelai pria terlebih dulu menyerahkan Uncang (kantong pindit) kepada pihak pengantin wanita. Ritual ini disebut sebagai ,,Hempang Pintu”. sesampainya di depan pelaminan, pihak mempelai pria kembali dihadang oleh pihak mempelai wanita. selanjutnu dilaksanakan berbalas pantun, yang intinya pihak pria meminta ijin bersanding dipelaminan bersama pengantin wanita. Setelah menyerahkan uncang (kanong pindit) berisi uang, maka kain penghalang dibuka, dan mempelai pria siap bersanding di pelaminan. Kedua mempelai duduk di pelaminan, selanjutnya dilaksanakan upacara Tepung Tawar.
Tepuk Tepung Tawar
Ritual adat ini merupakan ungkapan rasa syukur dan pemberian doa harapan kepada kedua mempelai, yang dilakukan oleh para sesepuh keluarga dan tokoh adat. Dengan cara menepukan daun-daunan (antara lain daun setawar, sedingin, ganda rusa, sirih, hati-hati, sijuang, dan setetusnya) yang diikat jadi satu dan telah dicelup ke air harum serta beras kunyit sangrai, lalu ditepukan kepada kedua mempelai. Kelengkapan pnabur ini biasanya menggunakan bahan seperti beras basuh, beras putih, beras kunyit, ataupun beras kuning serta bunga rampai. Kesemua bahan ini digunakan tentunya mengandung makna mulia. Sesuai tradisi, sesepuh seusai melakukan tepuk tepung tawar akan mendapatkan bingkisan berupa “bunga telur” yakni berupa bunga yang dibuat dari kertas diikatkan pada sebatang lidi yang telah disertai telur diikat benang merah, sebagai ungkapan terimakasih dari pihak pengantin. Namun sesuai perkembangan zaman, ungkapan terimakasih atau souvenir tersebut kini diubah bentuk maupun jenisnya, disesuaikan dengan kemajuan zaman maupun kondisi kelurga mempelai.
Makan Nasi Hadap – hadapan
Upacara ini dilakukan di depan pelaminan. Hidangan yang disajikan untuk upacara ini
dibuat dalam kemasan seindah mungkin. Yang boleh menyantap hidangan ini selain kedua mempelai adalah keluarga terdekat dan orang- orang yang dihormati.
Memberi hormat pada Mertua
Upacara ini dilakukan apabila di siang harinya kedua mempelai telah disandingkan di pelaminan, maka pada malam harinya dilanjutkan dengan acara memberi hormat pada mertua. Pengantin laki-laki dan wanita dengan diiringi oleh rombongan kerabat pengantin wanita berkunjung ke rumah orangtua pengantin laki-laki dengan membawa beraneka hidangan tertentu.
Berdimbar (Mandi Taman)
Seusai acara bersanding, keesokan harinya diadakan acara Mandi Berdimbar. Biasanya dilaksanakan pada sore atau malam hari. Mandi Berdimbar ini dilaksanakan di depan halaman rumah yang dipercantik dengan hiasan-hiasan dekoratif khas Melayu. Ritual “memandikan” kedua mempelai ini cukup meriah, karena juga disertai acara saling menyemburkan air. Undangan yang hadir pun bisa ikut basah, karena seusai menyirami pengantin kemudian para undangan biasanya juga akan saling menyiram. Ritual tersebut kini sudah mulai jarang dilakukan.